CARA KETIGA – KRISIS PERTOBATAN

CARA KETIGA – KRISIS PERTOBATAN

THE THIRD WAY – CRISIS CONVERSION
(Indonesian)

oleh Dr. R. L. Hymers, Jr.
diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto

Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles
Pada Kebaktian Malam, 9 Maret 2014

 

Dan “Suatu Peringatan untuk Khotbah Ekspositori” oleh Iain H. Murray

“Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa” (Lukas 15:11-19).

 

Ada dua cara memberitakan Injil kepada orang-orang yang terhilang hari ini. Cara pertama biasanya disebut “Easy Believism.” Cara kedua disebut “Lordship Salvation.” Jelas ada sesuatu yang salah dengan kedua metode ini karena tak satu pun darinya telah digunakan oleh Allah dalam kebangunan agung di dunia berbahasa Inggris sejak kebangunan rohani pada tahun 1859.

Juga, para pengkhotbah terkemuka telah mengatakan bahwa sebagian besar anggota gereja hari ini tidak pernah mengalami keselamatan (converted). Dalam buku kami, Preaching to a Dying Nation, rekan saya Dr. C. L. Cagan dan saya mengutip banyak pemimpin yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang Injili dan Fundamentalis masih terhilang, termasuk guru-guru Sekolah Minggu, diakon, istri pendeta, dan bahkan pendeta sendiri. Dr. A. W. Tozer berkata, “Di antara gereja-gereja injili mungkin tidak lebih dari satu dari sepuluh orang yang benar-benar mengalami kelahiran baru.” Dr. W. A. Criswell, seorang pendeta Baptis Selatan terkenal dari gereja besar First Baptist Church of Dallas, Texas, mengatakan, “dia akan dikejutkan bila ia dapat berjumpa dengan 25 % dari anggotanya di surga.” Kembali ke tahun 1940-an Billy Graham muda menyatakan bahwa 85 % dari anggota gereja kita “tidak pernah dilahirkan kembali.” Dr. Monroe “Monk” Parker, berbicara tentang gereja-gereja fundamentalis, mengatakan, “Jika kita bisa mendapatkan setengah anggota gereja diselamatkan, maka kita akan melihat kebangunan rohani besar. Bahkan, saya pikir jika kita bisa mendapatkan setengah dari pengkhotbah di Amerika bertobat, kita akan melihat kebangunan rohani besar” (Monroe “Monk” Parker, Through Sunshine and Shadows, Sword of the Lord Publishers, 1987, hlm. 61, 72).

Semua gambaran itu dapat dilihat pada sumbernya pada catatan kaki buku kami, Preaching to a Dying Nation (hlm. 42, 43). Angka-angka yang diberikan oleh Dr. A. W. Tozer, Dr. W. A. Criswell, Billy Graham muda, dan Dr. “Monk” Parker, tentu saja, hanya suatu perkiraan. Tetapi itu menunjukkan bahwa tokoh-tokoh terkemuka kita percaya ada sesuatu yang sangat salah dengan cara kita melakukan penginjilan. Dan, seperti yang saya katakan, dua metode yang digunakan dalam memberitakan Injil itu adalah “Easy Believism” dan “Lordship Salvation.” Tidak satu pun dari kedua metode itu yang pernah dipakai oleh Allah untuk menghasilkan pertobatan sejati bagi banyak orang.

Cara pertama biasanya disebut “Easy Believism.” Itu adalah metode yang digunakan oleh mayoritas orang Injili dan Fundamentalis hari ini. Metode ini menekankan pada mendapatkan orang yang terhilang untuk mengatakan apa yang mereka sebut “Doa Orang Berdosa,” yaitu meminta Yesus untuk “masuk ke dalam hati mereka.” Kemudian orang-orang yang terhilang itu dianggap telah “diselamatkan,” meskipun mereka tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan, terus hidup dalam dosa yang mendalam, menolak untuk menghadiri gereja secara teratur. Ada jutaan orang yang mengalami kondisi seperti ini di dunia berbahasa Inggris.

Metode kedua penginjilan disebut “Lordship Salvation.” Metode ini muncul sebagai reaksi terhadap “Easy Believism.” Tetapi “Lordship Salvation.” telah gagal untuk memperbaiki “Easy Believism.” Meskipun mereka yang memegang pandangan ini sering memiliki lebih banyak terang daripada yang “Easy Believism,” metode mereka belum pernah digunakan dalam kebangunan rohani klasik, juga belum digunakan, dengan cara utama, untuk menambahkan petobat sejati bagi gereja-gereja kita. Para pengkhotbah “Lordship” berusaha untuk mengoreksi tidak adanya penekanan pada pelanggaran hukum Allah dan dosa “Easy Believism” dan dengan kuat dan berulang kali menekankan doktrin, dan apa yang mereka sebut “pertobatan” (“repentance” = “berbalik”). Hal ini biasanya menghasilkan orang terhilang memegang bentuk “Sandemanianisme,” dan memegang bentuk perbuatan baik. “Sandemanianisme” mengacu pada percaya pada ayat-ayat Alkitab dan doktrin, daripada kepada Yesus Kristus sendiri. Ini adalah percaya dalam ayat-ayat Alkitab dan doktrin, daripada mempercayai Yesus Kristus sendiri. Salah satu pengkhotbah mengatakan, “Kita harus percaya atau yakin pada apa yang Allah telah lakukan.” Meskipun dia mungkin tidak tahu, ini adalah definisi “Sandemanianisme.” Ini memberitahu orang berdosa bahwa ia akan diselamatkan dengan mempercayai apa yang Alkitab katakan sebagai ganti mempercayai Yesus Kristus itu sendiri. Lihat bab tentang “Sandemanianism” dalam buku Dr. Martyn Lloyd-Jones yang berjudul, The Puritans: Their Origins and Successors, Banner of Truth, 2002 edition, hlm. 170-190.

Orang-orang Farisi pada zaman Kristus tidak bergantung pada bentuk “Easy Believism.” Mereka menghidupi kehidupan yang suci secara lahiriah. Mereka mempelajari Kitab Suci secara konstan dan mempercayainya. Apa yang tidak ada dalam hidup mereka? Hanya satu hal – Yesus Kristus sendiri! Yesus berkata kepada mereka,

“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yohanes 5:39, 40).

  1. H. Spurgeon berkata, “Iman yang menyelamatkan jiwa adalah percaya pada seseorang, bergantung pada Yesus” (“The Warrant of Faith,” The Metropolitan Tabernacle Pulpit, volume 9, Pilgrim Publications, 1979, hlm. 530).

Dalam khotbah yang sama Spurgeon berkata, “Sekedar pengetahuan tentang fakta-fakta [dalam Alkitab], bagaimanapun, tidak akan menyelamatkan kita, kecuali kita sungguh-sungguh dan benar-benar mempercayakan jiwa kita di tangan Sang Penebus” (ibid.).

Anak yang Hilang, sebagaimana kita lihat dalam teks ini, tahu bahwa “bapa” memiliki “berlimpah-limpah makanannya” (Lukas 15:7). Tetapi sekedar pengetahuan tentang fakta-fakta itu tidak akan menyelamatkannya dari kelaparan. Dia harus datang langsung kepada “bapa” untuk menerima “roti.” Kepercayaan dalam Alkitab, bahkan keyakinan yang benar di dalamnya, tidak pernah dapat menyelamatkan siapapun. Seseorang dapat percaya Alkitab, dan pengakuan iman yang agung, seperti Katekismus Westminster, tanpa diselamatkan. Rasul Paulus berbicara tentang “Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus (II Timotius 3:15). Percaya di dalam Alkitab, dan pengakuan iman yang didasarkan atasnya, tidak akan menyelamatkan. Alkitab mengarahkan kita kepada Yesus Kristus. Kita diselamatkan “oleh iman kepada Kristus Yesus”! Kita tidak diselamatkan dengan mengucapkan kata-kata dari “doa orang berdosa.” Kita tidak diselamatkan dengan percaya apa yang Alkitab katakan tentang Yesus. Kita tidak diselamatkan oleh ketaatan kepada Kristus Tuhan. Kita hanya dapat diselamatkan “oleh iman kepada Kristus Yesus” (II Timotius 3:15). Alkitab membuat ini jelas ketika ia mengatakan, “oleh kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman” (Efesus 2:8). Dan iman yang harus berpusat pada Yesus saja. Seperti Rasul Paulus katakan, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat” (Kisah Rasul 16:31). Rekan saya Dr. C. L. Cagan berkata, “Sesungguhnya, kita diselamatkan melalui percaya secara ‘langsung’ kepada Kristus, yang lebih besar dari apapun – ‘Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia,’ Kolose 1:17” (Preaching to a Dying Nation, hlm. 220). Memahami satu kebenaran dasar ini akan menyelamatkan kita dari semua bentuk “Easy Believism” dan “Lordship Salvation.”

Apa yang saya sedang sampaikan di sini, kami menyebutnya “Cara Ketiga – Kristis Pertobatan (Crisis Conversion).” Cara pertama adalah keselamatan dengan mengucapkan “Doa Orang Berdosa.” Cara kedua adalah berusaha untuk menjadikan Yesus sebagai Tuhan – yang tidak akan pernah bisa dilakukan oleh orang berdosa yang telah rusak total! Tetapi “Cara Ketiga – Krisis Pertobatan” adalah cara Alkitab dari pertobatan sejati. Saya telah menciptakan istilah “Krisis Pertobatan” – tetapi itu hanya nama untuk pandangan “aliran-lama”, ini hanya nama baru untuk istilah keselamatan atau pertobatan (conversion) dalam pemikiran kaum Protestan dan Baptis klasik. “Krisis Pertobatan” adalah apa yang dialami oleh Luther. “Krisis Pertobatan” adalah apa yang dialami oleh John Bunyan, George Whitefield, John Wesley, dan C. H. Spurgeon – dan setiap orang lainnya yang benar-benar telah bertobat atau diselamatkan sebelum metode “Doa Orang Berdosa” dan “Lordship Salvation” menjadi populer – dan keduanya menghancurkan konsep lama tentang “Krisis Pertobatan” dari para leluhur Baptis dan Protestan kita. Untuk melakukan hal ini, saya akan menjelaskan “kerusakan,” dan kemudian saya akan menjelaskan “kebangunan.”

  1. Pertama, di sini adalah gambaran dari “kerusakan” manusia sebagaimana dinyatakan dalam cara ketiga, yaitu “Krisis Pertobatan.”

Saya telah memilih kisah tentang Anak yang Hilang untuk menggambarkan apa yang kita maksudkan dengan “Krisis Pertobatan” model dulu, sebelum itu mulai digantikan dengan “Doa Orang Berdosa” dan “Lordship Salvation.”

Anak yang Hilang adalah orang berdosa. Ia meminta warisannya dan kemudian pergi meninggalkan rumah “pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya” (Lukas 15:13). Itulah yang kita semua lakukan, dalam satu atau lain cara. Kita berpaling dari Kristus dan hidup tanpa Dia dalam keadaan berdosa. Kita menolak Kristus, seperti Anak yang Hilang menolak ayahnya. Bahkan, dalam kondisi tanpa pertobatan kita, kita menghina dan menolak Juruselamat, seperti Anak yang Hilang, dengan tindakannya, menunjukkan betapa ia membenci dan menolak ayahnya,

“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan” (Yesaya 53:3).

Dalam hati kita, kita adalah musuh Allah dan Anak-Nya. Kita tidak takluk kepada hukum Allah, seperti Anak yang Hilang yang tidak tunduk pada hukum ayahnya,

“Sebab keinginan daging [pikiran manusia terhilang] adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7).

Hati kita rusak total dan memberontak terhadap Juruselamat. Bahkan kita adalah orang-orang berdosa yang rusak total, bahkan tanpa secercah kebenaran dalam diri kita. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa,” dan kita berada di bawah kendali Setan, “ilah zaman ini” (Efesus 2:1)

Jika Anda belum diselamatkan, itu bukanlah gambaran yang menyenangkan bagi Anda. Rasul berkata, “Mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Roma 3:9, 10). Nabi Yesaya menggambarkan kondisi rohani Anda secara jelas ketika ia berkata,

“…Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru…” (Yesaya 1:5,6).

Ini adalah kondisi dari Anak yang Hilang itu. Alkitab berkata, “Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya” (Lukas 15:15, 16). Seperti itu jugalah keadaan Anda. “Seorang majikan di negeri itu” adalah Iblis, yang mengendalikan pikiran Anda, “roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” (Efesus 2:2). Anda terperangkap dalam kondisi yang mengerikan, menjadi budak Setan, menghidupi kehidupan dari perbudakan Setan, “mati di dalam dosa” (Efesus 2:5). Ini dikenal dengan istilah kerusakan total. Ini adalah kondisi Anak yang Hilang itu. Bapanya sendiri berkata bahwa ia telah “mati” dan bahwa ia telah “hilang.” Ia berkata, “Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali…” (Lukas 15:24).

Dalam pemberontakan Anda melawan Kristus, Anda pikir Anda sedang bebas. Tetapi Anda benar-benar seorang budak, terjerat dalam dosa, mati untuk hal-hal dari Allah, dan didominasi dan ditahan dalam cengkeraman Setan. Anda lebih banyak dikendalikan oleh Iblis, sementara Anda berpikir bahwa perbudakan dosa itu adalah kebebasan! Anda tidak memiliki harapan, rusak total, seperti Anak yang Hilang, yang hidup tanpa pengharapan karena kuasa dosa. Dan Anda akan berdebat dengan siapa saja yang menjelaskan kepada Anda tentang kondisi Anda yang terhilang.

  1. Kedua, di sini adalah suatu gambaran tentang “kebangunan” orang berdosa untuk menyadari kesia-siaanya, sebagaimana dinyatakan dalam cara ketiga, yaitu “Krisis Pertobatan.”

“Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan!” (Lukas 15:17).

“Lalu ia menyadari keadaannya.” Artinya, ketika ia menyadari keadaannya, ketika ia terbangun dari koma dosa, kematian karena dosa. “Ketika ia menyadari keadaannya,” ketika ia terbangun dari tidur kematian – maka ia berpikir, “Aku binasa.” Ini adalah kebangunan atau kebangkitan orang berdosa yang terhilang untuk merasakan kesia-siaan, siksaan, penderitaan hidup dalam dosa. Kebangkitan ini hanya dapat dihasilkan oleh Roh Kudus. Dalam mengomentari ayat ini, Spurgeon berkata,

Orang gila tidak tahu bahwa dia gila, tetapi begitu dia menyadari dirinya sendiri akan menyakitkan ketika ia merasakan [melihat] keadaannya sebelum dia menyadari dirinya sendiri. Setelah menyadari alasan yang masuk akal dan penilaian yang benar, anak yang hilang itu menyadari keadaanya (C.H. Spurgeon, MTP, Pilgrim Publications, 1977 reprint, volume 17, hlm. 385).

Kebangkitan ini adalah seperti seseorang yang telah dihipnotis, dan kemudian dibuat untuk terbangun kembali. Dalam legenda Yunani Circe, seorang penyihir, mengubah para laki-laki menjadi babi-babi. Tetapi Ulysses memaksa penyihir itu untuk mengembalikan teman-temannya ke bentuk asli mereka, yaitu manusia. Demikianlah Roh Allah membangunkan Anak yang Hilang. Kemudian dia menyadari keadaanya yang tanpa pengharapan dan mengerikan. Rasul Paulus berbicara tentang “kebangkitan” ketika ia berkata,

“Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu” (Efesus 5:14).

Tetapi “kebangkitan” orang berdosa yang terhilang tidak dalam damai sejahtera. Dan ini adalah ketika krisis mengambil tempat dalam cara ketiga dari pertobatan sejati. Sejauh ini, cara yang paling umum untuk membangunkan orang-orang itu adalah melalui khotbah, sebagaimana sering ditekankan oleh seorang Puritan yang bernama Richard Baxter (1615-1691). Banyak pengkhotbah mengutip Roma 10:13 ketika memberitakan Injil. Tetapi hampir tidak ada dari mereka yang memikirkan ayat berikutnya, yang mengatakan, “Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”

Itulah sebabnya mengapa kita harus memiliki khotbah penginjilan di gereja. “Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” Dan para pengkhotbah perlu belajar bagaimana untuk menyampaikan khotbah penginjilan kepada orang yang terhilang. Sangat sedikit pengkhotbah yang tahu bagaimana mempersiapkan dan menyampaikan khotbah penginjilan hari ini – sungguh sangat sedikit! Saya belum mendengar ada seseorang yang menyampaikan khotbah penginjilan dengan benar selama bertahun-tahun! Hal ini telah menjadi sesuatu dari masa lalu. Itulah alasan utama mengapa kebanyakan orang yang menghadiri gereja-gereja kita secara teratur tetap belum diselamatkan! “Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”

Khotbah penginjilan harus menunjukkan kepada orang berdosa bahwa ia terkutuk kecuali dia datang kepada Yesus. Khotbah itu harus menunjukkan kepadanya bahwa dosa menjadi akar keberadaannya. Bukan “dosa-dosa,” tetapi dosa itu sendiri, memisahkan Tuhan darinya. Dosa ditandai dengan pemberontakan dan keegoisan. Orang berdosa harus dibuat melihat kenyataan dirinya bahwa, seperti Anak yang Hilang, dia telah memberontak melawan Allah – dan sangat egois. Orang berdosa yang terhilang itu harus mendengar ini dikhotbahkan dari mimbar sampai ia melihat bahwa ia harus memiliki perubahan radikal dalam hatinya. Ini harus ditekankan sampai orang berdosa itu mulai benar-benar mencoba untuk mengubah hatinya. Usahanya untuk mengubah hatinya akan selalu gagal. Dan kegagalan ini yang lebih membangkitkan orang berdosa untuk melihat kebenaran yang mengerikan tentang ketersesatannya. Dia harus mengatakan berulang kali bahwa ia terhilang. Dia harus diberitahu untuk berjuang menemukan Kristus. Dia harus diberitahu untuk “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” (Lukas 13:24). Sebagai orang berdosa yang berjuang namun selalu gagal, berjuang dan selalu gagal, dan berjuang dan selalu gagal lagi, dia akhirnya akan merasa putus asa dalam keterhilangannya. Ini persis cara yang ia harus rasakan, atau ia tidak akan mendapat ketenangan di dalam Yesus.

Ini disebut “khotbah hukum Taurat” – yang telah dilakukan oleh semua pengkhotbah zaman dulu, para pengkhotbah klasik – sampai orang-orang berdosa menyerah dari semua harapan untuk mengubah diri mereka sendiri! Ini adalah apa artinya ayat yang mengatakan, “Karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20). Dengan berulang kali gagal untuk menjadi orang suci, dengan berulang kali gagal untuk menemukan damai dengan Allah – dan terutama, dengan berulang kali gagal datang kepada Yesus – orang berdosa mulai berpikir, “Aku benar-benar sedang terhilang!” Ini adalah kebangkitan yang ia harus memiliki!

“Lalu ia menyadari keadaannya, katanya:… Aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku…” (Lukas 15:17-18).

Pada titik ini, ketika orang berdosa telah menyerah dari semua harapan “hidup benar” atau “menjalani hidup dengan cara yang benar” – ia mungkin kemudian “menyadaro keadaannya” – bangun dan menyadari bahwa ia harus beristirahat di dalam Yesus, karena ia tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya sendiri!

“Lalu ia menyadari keadaannya.” Anak yang hilang harus mengalami kekacauan batin, merasakan Neraka di bumi, seperti yang pernah dialami oleh Bunyan, sebelum ia “menyadari keadaannya,” sebelum pikirannya diubahkan dalam pertobatan sejati. Setelah itu semua, kata Yunani yang diterjemahkan “bertobat” (“repent”) berarti “perubahan pikiran.” Ini adalah “cara ketiga.” Ini adalah “krisis pertobatan.” “Aku tiada lain selain hanyalah seorang munafik dan orang berdosa yang memberontak!” “Tidak ada harapan bagiku.” “Aku berada dalam krisis! Aku harus berubah – tetapi aku tidak bisa! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa! Aku sudah mencoba! Aku sudah mencoba! Semakin keras aku mencoba, semakin mustahil itu bisa aku lakukan! Aku tidak bisa ‘bertobat’! Aku tidak bisa berubah! Aku tidak bisa berubah! Aku tidak bisa mengubah hatiku! Aku tersesat! Aku tersesat! ! Aku tersesat!” Bukankah itu persis apa yang terjadi pada Luther, Bunyan, John Wesley, Whitefield, Spurgeon, dan Dr John Sung – dan para petobat sejati lainnya? Untuk pemahaman yang mendalam tentang subyek ini seseorang harus membaca buku klasik Thomas Hooker (1586-1647) yang berjudul, The Soul’s Preparation for Christ. Atau bacalah buku ringkas masa kini The Old Evangelicalism: Old Truths for a New Awakening yang ditulis oleh Iain H. Murray (The Banner of Truth Trust, 2005).

Penting untuk mengetahui bahwa tidak semua pengalaman pertobatan itu terjadi persis sama. Beberapa orang akan berada di bawah keinsafan untuk waktu yang lebih pendek daripada yang lain. Beberapa mungkin hanya merasakan tusukan pendek dari keinsafan, sementara yang lain berada dalam keadaan insaf untuk waktu yang lama. Istri saya sendiri dipertobatkan atau diselamatkan pada pertama kalinya ia mendengar Injil. Demikian juga halnya dengan asisten saya Dr. Kreighton L. Chan. Allah berdaulat dan bekerja dengan cara-Nya sendiri dalam mempertobatkan atau menyelamatkan orang-orang berdosa. Banyak orang menangis ketika mereka mengalami keinsafan, pada kenyataannya kebanyakan orang mengalami itu. Tetapi ibu saya sendiri mengalami pertobatan yang mengubah hidup tanpa menumpahkan setetes air mata. Bagaimanapun, ada dua poin sangat penting dalam setiap pertobatan sejati – kesadaran sebagai orang berdosa yang dirasakan oleh seseorang, dan pertolongannya melalui iman di dalam Yesus Kristus sendiri! Kedua hal itu terjadi dalam setiap pertobatan sejati. Kedua hal itu sungguh nyata dalam pertobatan istri saya dan Dr. Chan seperti yang nyata dalam pertobatan Luther, Bunyan, John Wesley, George Whitefield dan Spurgeon – meskipun durasi waktunya lebih singkat. Namun semua dari mereka ditikam di hati nurani mereka sebelum mereka percaya Juruselamat . Orang-orang yang memaafkan dosa mereka atau mengobati ringan tidak mengalami pertobatan sejati.

Sangat baik. Saya senang Anda akhirnya merasa keinsafan akan dosa. Sekarang kiranya Anda akan mendapat ketenangan di dalam Yesus. Sekarang kiranya Anda akan merasakan kasih-Nya, yang mendorong-Nya ke kayu Salib untuk menyelamatkan Anda – karena Anda tidak bisa menyelamatkan diri sendiri! Kemudian Anda akan merasa bersyukur kepada Yesus, karena Ia telah mati di kayu Salib sebagai pengganti Anda, dan mencurahkan Darah-Nya untuk menyucikan Anda dari segala dosa! Kemudian Anda akan berterima kasih kepada Yesus untuk sisa hidup Anda – karena Anda telah mengalami kasih karunia-Nya, kasih-Nya, dan keselamatan-Nya dalam “Krisis Pertobatan” yang nyata – satu-satunya yang mengubah hati dan menyelamatkan jiwa dari murka Allah! Saya harap Anda melihat betapa ini berbeda dari “Easy Believism” dan “Lordship Salvation.” Dan saya berdoa kiranya ini akan menjadi pengalaman Anda, Anda percaya kepada Yesus, dan disucikan oleh Darah-Nya yang mahal! Kemudian saya berdoa kiranya Anda akan dimampukan untuk bernyanyi bersama dengan Charles Wesley,

Yesus pengasih jiwaku, Kuterbang ke ribaMu.
Ombak besar menderu, Guntur berbunyi g’muruh.
Lindungkanku ya Tuhan, Sampai ribut t’lah teduh.
S’lamat dalam labuhan, ‘Ku dipimpin olehMu.

RahmatMu yang terbesar, Menutupi dosaku.
AnugrahMu berpancar, Menyucikan hatiku.
Tuhan sumber hidupku, Puaskan daku selalu.
Pancarkan air hidupMu, Sampai akhir hidupku
(“Jesus, Lover of My Soul” oleh Charles Wesley, 1707-1788/
Terjemahan PPK No. 144).

Jika Anda ingin berbicara dengan kami tentang bagaimana diselamatkan dari dosa oleh Yesus, silahkan tinggalkan kursi Anda sekarang dan berjalan ke bagian belakang auditorium ini. Dr. Cagan akan membawa Anda ke ruangan lain di mana kita bisa berdoa dan berbicara. Dr. Chan, silahkan berdoa kiranya seseorang akan mempercayai Yesus malam ini. Amin.

Tinggalkan komentar